Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Kamis, 23 September 2010

Agar Bayi Tak Lagi Pakai Popok


Agar bayi tak lagi pakai popok. Popok sekali pakai seakan sudah menyatu dengan dunia bayi. Setiap ibu di zaman modern ini pasti tak asing dengan popok. Kita menggunakannya dengan pertimbangan praktis agar bayi tetap merasa nyaman meskipun ia buang air kecil maupun buang air besar. Orang tua pun tidak perlu repot-repot menggantinya setiap kali bayi buang air kecil atau buang air besar.

Yang menjadi masalah, jika sampai besar anak ketagihan dengan popok dan tidak mau buang air kecil dan buang air besar di WC.

Kapan Waktu Tepat Berhenti Pakai Popok?
Banyak ibu (terutama yang baru memiliki buah hati) bertanya "kapan waktu yang tepat memberhentikan pemakaian popok bagi anak?" Sementara sebagian orang berpendapat sangatlah penting untuk memulai sejak dini, katakanlah saat bayi sudah bisa duduk, atau bahkan sebelum itu, yang tergantung pada lingkungan tempat bayi itu tumbuh, yang lain berpendapat hal ini tak boleh dilaukan sampai bayi mengerti dan siap untuk menghadapi perubahan ini.

Jawaban kedua lebih tepat. Anda tidak perlu kerepotan bergulat melatih anak Anda menggunakan toilet. Sangatlah penting bagi seorang anak untuk merasa siap menghadapi masa transisi ini. Anak-anak sangat rentan untuk memandang semua hal sebagai pergulatan kekuasaan, dan bila Anda memaksakan melakukan sesuatu yang mereka tidak suka, maka mereka akan bertindak seperti seorang pemberontak cilik. Kata kuncinya adalah bukan membuat masalah yang pada akhirnya akan menyulitkan Anda sendiri, sehingga Anda harus menghadapi masalah yang lebih besar.

Jadi, komunikasikan kepada anak, ajak mereka sehingga mau berhenti menggunakan popok tanpa adanya unsur paksaan sama sekali.

Bagaimana Cara Tepat Agar Anak Berhenti Pakai Popok?
Anda bisa memulainya dengan mengajaknya ke WC setiap kali anak mengatakan mau BAK ataupun BAB. Tentunya ini didahului dengan kemampuan si kecil untuk bisa berkomunikasi bahwa ia hendak BAK atau BAB.

Kadang anak tidak mau langsung BAK atau BAB di kloset normal. Anda bisa memakai alat pembantu duduk yang khas anak-anak. Ini sudah banyak dijual di baby shop. Jangan lupa menjaga WC tetap bersih dan harum. Selain itu menghias WC juga akan membantu anak menjadi lebih nyaman dan mau BAK atau BAB di WC.

Demikian tips singkat yang bisa Anda manfaatkan agar anak-anak bisa berhenti memakai popok di saat yang tepat dan mau BAK atau BAB di WC.[]
Read More..

Rabu, 22 September 2010

Orang Tua yang Baik Sehatkan Pikiran Anak


Sebuah penelitian di Australia mengungkapkan bahwa ada hubungan jelas antara masa pengasuhan anak yang buruk denngan anak-anak yang mesti mengalami masalah kesehatan mental.

Penelitian yang dilakukan oleh Australian Institute of Family Studies (AIFS) itu menunjukkan depresi dan rasa cemas yang meningkat di kalangan orang dewasa muda yang mengalami pengasuhan yang buruk di masa kecil.

Sebaliknya, masa pengasuhan yang baik menunjukkan sumbangsih sosial dan kemanfaatan lainnya karena bisa mencegah anak mengalami masalah kesehatan mental.

"Anak yang tumbuh oleh orang tua yang suportif menunjukkan nilai tertinggi dalam kekuatan pribadi, kompetensi sosial, kepercayaan dan toleransi terhadap orang lain, dan umumnya dipercaya pihak berwenang seperti polisi atau pemerintah," ujar peneliti AIFS Diana Smart.

"Meletakkan fondasi kuat seperti itu mampu menyangga anak dari terbangunnya masalah kesehatan mental."

Penelitian ini mengambil data dari seribu anak muda yang berusia antara 23-24 tahun. Hasilnya menunjukkan hampir seperempat (23 persen) dari anak muda yang disurvey dilaporkan mendapat satu atau lebih bentuk pengasuhan yang salah selama masa kanak-kanak.

Kisarannya dari tertinggi 17 persen yang dilaporkan mengalamim perlakuan emosional yang salah, sampai yang terendah tiga persen terendah yang dilaporkan telah ditelantarkan selama masa pengasuhan.

Kesulitan-kesulitan keluarga lainnya adalah termasuk 18 persen yang mengalami kemiskinan, dan 12 persen yang tumbuh bersama orang tua yang mengidap gangguan mental atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa 30 persen dari mereka yang memiliki keluarga yang tidak suportif megalami depresi di masa dewasa, sementara 12 persen lainnya mengalami pengalaman sebaliknya karena mempunyai orang tua yang suportif.

Seperempat dari mereka yang tumbuh dalam keluarga yang suportif menderita penyakit cemas, sebaliknya 14 persen anak muda berbahagia karena memiliki pengalaman masa kecil yang positif.

Meskipun ada perbedaan di masa kecil, ada kencendurungan umum pada 94 persen dari seluruh peserta survey yang setuju bahwa orang tua mereka telah mengajari mereka cinta dan kasih sayang.

"Penelitian itu menunjukkan bahwa perlakuan baik selama masa masa dewasa kaum muda tergantung pada investasi aktif orang tua dalam cinta, kasih sayang dan dorongan selama masa kecil anak," kata Direktur AIFS Professor Alan Hayes.

"Itu tidak hanya soal ketiadaan pengalaman negatif yang membuat perbedaan, namun juga mengenai masa pengasuhan orang tua yang berkualitas tinggi," tambahnya.

Dta lainnya dari the AIFS menunjukkan, pada beberapa titik di masa kecil mereka, lima sampai sepuluh persen dari anak Australia akan mengalami penganiayaan fisik, 11 persen bakal menghadapi kekerasan emosional, dan 12 sampai 23 persen akan menghadapi masalah kekerasan dalam keluarga.

Juga, lebih dari delapan persen anak laki-laki dan 12 persen anak perempuan bakal mengalami pelecehan seksual parah. (sumber: Antara)
Read More..