Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 28 Februari 2010

Cara Menggendong Bayi Baru Lahir


Semua ibu pasti seneng melihat buah hatinya, bayi yang baru lahir. Ayah juga dong. Apalagi jika bayi yang baru lahir itu adalah buah hati pertama. Ada keinginan untuk segera menggendong bayi. Tapi tunggu dulu, tubuh bayi masih lemah dan ringkih. Itulah mengapa, orangtua perlu mencari cara menggendong yang tepat. Selain itu, cara menggendong hendaknya disesuaikan dengan usia bayi. Semakin dini usia bayi, semakin butuh cara khusus menggendong yang benar. Berikut ini Cara Menggendong Bayi Baru Lahir yang diambil dari Tabloid Nakita.

Mengangkat & Meletakkan Bayi Baru Lahir
Bayi terlihat masih tak berdaya. Lehernya pun masih lemah. Bayi belum bisa mengontrol kepala. Tapi, dengan sedikit latihan, orangtua bisa mengangkat bayi dari tempat tidur dengan baik. Berikut caranya:
1. Saat bayi telentang, masukkan tangan kiri (kanan) ke kepala dan leher. Lalu barengi dengan menyisipkan tangan kanan (kiri) ke bagian pantat hingga punggungnya. Biarkan kedua tangan berada di sana untuk beberapa saat sebelum Anda mengangkatnya.
2. Pastikan kedua tangan menyangga seluruh badan bayi, khususnya bagian leher yang masih rawan, kemudian angkat secara perlahan.
3. Letakkan bayi di dekapan. Selanjutnya bayi bisa diletakkan di lipatan siku. Satu tangan tetap menyentuh bokong hingga punggung, sementara tangan lainnya memegang kepala dan leher.
4. Usahakan posisi pantat lebih rendah ketimbang kepala.

Meletakkan Bayi Baru Lahir
Berikut langkah-langkahnya:
1. Pastikan pegangan orangtua kuat dan erat. Dekatkan bayi dengan tubuh, bungkukkan badan, sementara satu tangan di bokong bayi, tangan lain menyangga punggung, leher, dan kepala. Letakkan secara perlahan ke tempat tidur.
2. Jangan terlalu cepat menarik kedua tangan. Biarkan kedua tangan Anda berada di tubuh bayi untuk beberapa saat. Setelah bayi merasa nyaman, tarik perlahan kedua tangan keluar.

Demikian Cara Menggendong Bayi Baru Lahir, baik mengangkat maupun meletakkannya. pada posting berikutnya nanti, akan dibahas Teknik Menggendong Bayi Berbagai Usia.
Read More..

Jumat, 26 Februari 2010

Makanan Bayi dan Balita


Bagaimana makanan bayi dan balita yang tepat bagi mereka? Berikut ini tulisan Budi Sutomo, S.Pd tentang makanan bayi dan balita yang diambil dari sumber aslinya di blog Gizi dan Kuliner.

Bayi sebaiknya di berikan ASI eklusif hingga usia 6 bulan. Karena bagi bayi usia tersebut tidak ada makanan lain yang sebaik ASI. Namun jika kondisi tertentu, seperti produksi ASI tidak mecukupi kebutuhan nutrisi bayi atau alasan medis yang lain, maka pada usia 4 bulan bayi sudah bisa diberikan makanan pendamping ASI. Menginjak usia 6 bulan ke atas, ASI sebagai sumber nutrisi sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan gizi yang terus berkembang. Perlu diberikan makananpendamping ASI.

Bayi dilahirkan dengan kemampuan refleks makan, seperti mengisap, menelan dan akhirnya mengunyah. Pemberian makanan pendamping ASI harus disesuaikan dengan perkembangan sistem alat pencernaan bayi, mulai dari makanan bertekstur cair, kental, semi padat hingga akhirnya makanan padat. Secara umum kesiapan bayi menerima makanan pendamping ditandai dengan hal-hal berikut:
1. Bayi mulai memasukan tangan ke mulut dan mengunyahnya.
2. Bayi merespon dan membuka mulutnya saat disuapi makanan.
3. Hilangnya refleks menjulurkan lidah
4. Bayi lebih tertarik pada makanan dibandingkan botol susu atau ketika disodorkan puting susu.
5. Bayi rewel atau gelisah padahal sudah diberi asi atau susu formula sebanyak 4-5 kali sehari.
6. Bayi sudah bisa duduk sambil disangga dan sudah mampu menegakkan kepalanya.

Variasi Makanan Pendamping
Memberikan makanan pendamping ASI sebaiknya diberikan secara bertahap baik dari tekstur maupun jumlah prosinya. Kekentalan makanan dan jumlah harus disesuaikan dengan ketrampilan dan kesiapan bayi di dalam menerima makanan. Dari sisi tekstur makanan, awalnya bayi diberi makanan cari dan lebut, setelah bayi bisa menggerakan lidah dan proses mengunyah, bayi sudah bisa diberi makanan semi padat. Sedangkan makanan padat diberikan ketika bayi sudah mulai tumbuh gigi geligi. Porsi makana juga berangsur mulai dari satu sendok hingga berangsur-angsur bertambah sesuai porsi bayi.

Sebaiknya pengenalan makanan bayi dimulai dari satu jenis makanan, misalnya pisang, papaya, avokad. Perhatikan responnya, apakah bayi mentoleransi atau tidak. Bayi biasanya lebih menyukai makanan manis dan bayi biasanya akan memuntahkan jika tidak suka. Jangan dipaksakan jika bayi menolak, berikan jenis makanan pengganti lain dengan rasa berbeda sebagai gantinya. Ketrampilan menelan pada bayi tergantung pada rangsangan yang tepat pada saraf pengecapannya. Karenanya berikan makanan manis seperti sari buah-buahan pada ujung lidah. Dan sayuran pada bagian tengah. Kenalkan sayuran terlebih dahulu dibandingkan buah. Citarasa sayuran cenderung langu dan kurang diminati bayi, agar terbiasa makan sayuran, kenalkan sayuran terlebih dahulu dibandingkan buah.

Pada usia 6-9 bulan tekstur makanan sebaiknya makanan cair, lembut atau saring, seperti bubur buah, bubur susu atau bubur sayuran saring/dihaluskan. Menginjak usia 10-12 bulan, bayi mulai beralih ke makanan kental dan padat namun tetap bertekstur lunak, seperti aneka nasi tim. Usia 12-24 bulan bayi sudah mulai dikenalkan makanan keluarga atau makanan padat namun tetap memperhatikan rasa. Hindari makanan-makanan yang dapat menggangu organ pencernaan, seperti makanan terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam atau berlemak. Pada masa ini kenalkan finger snack atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies, nugget atau potongan sayuran rebus atau buah. Ini penting untuk melatih ketrampilan di dalam memegang makanan dan merangsang pertumbuhan giginya.

Organ pencernaan bayi belum sesempurna orang dewasa, makanan tertentu bisa menyebabkan ganguan pencernaan, seperti sembelit, muntah atau perut kembung. Makanan yang dihindari seperti, makanan yang mengandung gas, durian, nangka, cempedak, tape, kol dan kembang kol.

Makanan untuk Daya Tahan Tubuh Bayi
Makanan yang diberikan bayi harus tepat baik jenis makanannya, jumlahnya hingga kandungan gizinya. Meskipun secara fisik masih bayi namun kebutuhan akan jenis zat gizi, bayi sama dengan orang dewasa, yaitu karbohidrat untuk sumber tenaga (padi-padian, kentang), protein nabati dan hewani untuk pertumbuhan (susu, daging, telur, ikan, kacang-kacangan), vitamin dan mineral untuk menjaga dan memelihara kesehatan.
Agar bayi tumbu sehat diperlukan vitamin A agar kesehatan matanya terjaga dan menjaga dari serangan inveksi. Vitamin D baik untuk pertumbuhan gigi. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan menghindari serangan penyakit, bayi memerlukan beragam vitamin dan mineral esensial. Seperti vitamin C, E, A dan seng. Sedangkan golongan antioksidan penangkal radikal bebas bayi perlu golongan vitamin A,E dan C.

Demikian artikel tentang makanan bayi dan balita. Semoga bermanfaat.
Read More..

Rabu, 24 Februari 2010

How to Teach Your Baby to Talk


How to Teach Your Baby to Talk. My son started talking at a very early age. By the time he was one year old, he knew about 50 words and could put three or four together to create simple sentences. Everyone was always so surprised to hear such a young baby talk so plainly. Several people asked me how I had been able to teach him so many words. All babies are different, and each one will learn at his or her own pace. There are a few things I did with my son that I feel really helped him along the way.

Read Read Read
I started reading and talking to my baby while I was pregnant with him. The day I found out I was pregnant, I got some children's books to read to my unborn child. I didn't stop there, if I was reading the newspaper or a magazine I read that out loud, too. When I was searching through the parenting websites I was reading out loud any bits of valuable information I found. My husband thought I was crazy sometimes, but I really think it helped. Now that he is one year old, he will not go to bed without a bedtime story.

Encourage Your Baby
Even if he isn't forming any real words yet, let your baby know he is doing a great job when he starts making a new sound. It's great when people appreciate the things you do. Babies thrive on attention so they will keep trying to please you and eventually start saying real words. When they finally do get those precious words out, clap or cheer for them. Do what makes your baby happy. He deserves all that good attention when he reaches such a big accomplishment.

Don't Push Too Hard

It's tempting to sit in front of baby and repeatedly ask him to "Say Mama, say Mama," but this usually doesn't work. Baby gets bored of listening to you repeat the same two words over and over without really meaning anything. He will eventually start tuning you out. If he does actually repeat the words, he probably doesn't really know what he is saying, he is just imitating his favorite person. (By Carla Blair, associatedcontent.com)
Read More..

Selasa, 23 Februari 2010

Agar Bayi Tidur Nyenyak


Sebagai orang tua, kita pasti menginginkan bayi kita bisa tidur nyenyak. Terlebih, usia bayi membutuhkan waktu tidur yang lebih lama dari kita. Untuk bayi usia 0-2 bulan, jumlah jam tidur yang dibutuhkan adalah 10,5 – 18 jam sehari. Untuk bayi usia 2-12 bulan, jumlah jam tidur yang dibutuhkan adalah 14 – 15 jam sehari. Untuk usia 1-3 tahun, jumlah jam tidur yang dibutuhkan adalah 12 – 14 jam sehari. Nah, bagaimana caranya agar bayi kita tidur nyenyak?

Jika bayi kita baru ditidurkan tiba-tiba ada suara yang datang tiba-tiba seperti anak-anak bermain, suara gaduh, dan lain-lain tentu ia akan bangun dan tidak bisa tidur nyenyak. Di samping itu kita juga tidak bisa mengerjakan pekerjaan lain. Entah itu mencuci, masak, ngepel lantai atau bisnis online :P

Lalu bagaimana caranya agar bayi tidur nyenyak, tidak kaget dan terbangun saat ada suara gaduh seperti suara anak-anak yang bermain? Diantara tips yang cukup efektif adalah menyalakan musik saat bayi mau tidur dan biarkan musik tetap menyala saat bayi sudah tidur. Bagi Anda yang muslim, ada alternatif lain yang lebih bagus. Yaitu Anda putarkan tilawah untuk menemani bayi tidur. Sekarang banyak pilihan kaset murottal tilawah Al-Qur'an yang bisa Anda peroleh dengan mudah, baik di toko musik maupun download di internet.

Musik klasik dan tilawah murottal, di samping akan membuat bayi Anda tidur lebih nyenyak, juga diyakini memiliki dampak positif bagi perkembangan otak bayi Anda. Tapi ingat, alat elektronik yang Anda pakai untuk memutar musik atau tilawah tadi harus berjarak cukup jauh dari bayi. Jangan dekat-dekat. Apalagi kalau yang dipakai adalah MP3 player-nya HP. Perlu diperhatikan jaraknya. Ya, setidaknya 1 meter atau lebih lah.

Demikian salah satu tips agar bayi tidur nyenyak. Jika bayi tidur nyenyak, tentu selain baik bagi bayi juga baik bagi Anda. Bagaimana pendapat Anda?[SP]
Read More..

Senin, 22 Februari 2010

Mengasah 7 Kecerdasan Anak Melalui Permainan


Kecerdasan tak identik dengan faktor genetik atau keturunan. Kecerdasan bisa didapat dari berbagai hal. Mulai nutrisi sehat hingga permainan.

Menjadi salah satu kebanggaan bagi orangtua bila memiliki anak yang cerdas. Bagi yang tidak mendapatkannya, mereka sering kali menyerah, apalagi bila para orangtua merasa kecerdasan mereka biasa-biasa saja. Mereka berpikir bahwa kecerdasan adalah sesuatu yang diturunkan secara genetik.

Mulai sekarang, ubah pemikiran Anda. Kecerdasan bisa dibentuk sejak anak masih bayi. Dari hal yang paling sederhana, bermain misalnya. Kecerdasan apa yang dapat dikembangkan dengan permainan-permainan? Howard Gardner (1983), meyakini bahwa ada setidaknya tujuh kecerdasan yang dimiliki setiap manusia. Semua itu bisa diasah melalui permainan.

Kecerdasan Linguistik
Kemampuan linguistik anak mulai bisa diajarkan pada usia tiga bulan. Mulailah dengan menirukan suara-suara yang keluar dari si bayi. Seringlah mengajaknya berkomunikasi walau dia belum bicara. Menginjak usia enam bulan, mulailah membacakan cerita untuk si kecil.

Selanjutnya, ajaklah anak bermain dengan permainan yang bersuara, seperti telepon-teleponan yang bisa mengeluarkan suara, sehingga anak tertarik mendengarkan dan memainkan. Pada usia tiga tahun, kecerdasan linguistik bisa diasah dengan memberikan buku yang memiliki teks bagi anak yang sudah bisa membaca. Bacakan cerita pada anak yang lebih kecil, ajak anak menceritakan pengalamannya. Anda juga bisa mulai membiasakan si kecil menemukan simbol-simbol di sepanjang perjalanan.

Kecerdasan Logis-Matematis
Pada usia enam bulan, kemampuan logis matematis sudah bisa diajarkan. Caranya, berikan beberapa benda yang sama pada anak. Misalnya bola. Lalu sambil memberikan pada anak, kita mulai menghitung "satu..dua".

Anak mulai dikenalkan pada konsep angka. Lalu menginjak usia sembilan, ajari si kecil menyusun urutan balok. Di atas usia satu tahun, mulailah mengajaknya bermain puzzle sederhana (kurang dari 10 keping). Anda juga bisa mengajaknya bermain balok membentuk bangunan.

Kecerdasan spasial dan kinetik
Mengasah kemampuan spasial dan kinetik bahkan bisa dilakukan sejak bayi. Perdengarkan sumber suara, misalnya kerincingan, suara ibu atau ayah. Biarkan bayi mencari sumber suara. Semakin bertambah usia, semakin variatif juga metode permainannya.

Menginjak usia enam bulan, Anda bisa mengajaknya bermain dengan benda bergerak. Berikan mainan yang bisa bergerak, seperti mobil-mobilan. Jalankan mobil tersebut, biarkan bayi Anda bergerak mengikuti arah mobil. Anda bisa memberikan wadah berisi biskuit kecil untuk anak yang lebih besar dan sudah tumbuh gigi.

Biarkan anak untuk mencoba mengambil dan belajar memasukkan ke mulut. Anak yang sudah diberikan makanan pendamping ASI dan sudah mulai bisa duduk, ada baiknya juga didudukkan di kursi makan bayi (high chair), sehingga bisa belajar duduk baik.

Kecerdasan Musikal
Kecerdasan yang satu ini juga bisa mulai diberikan sejak bayi lahir. Perdengarkan musik bagi bayi Anda. Bunyi-bunyian yang memiliki ritme tetap, juga akan membantu anak untuk belajar memahami bunyi. Pada tahap selanjutnya, asah kemampuan musik si kecil dengan memperdengarkan musik atau lagu-lagu.

Kecerdasan Interpersonal
Biasanya memasuki usia enam bulan, kemampuan interpersonal seorang anak sudah mulai tumbuh. Ajari si kecil melambaikan tangan, "gimme five", dan bersalaman untuk merangsang anak menciptakan interaksi dengan orang lain. Ajaklah anak bermain di taman dekat rumah. Biarkan dia mulai mengenal orang lain di luar keluarga. Menginjak usia satu tahun, Anda bisa mengajak si kecil bermain peran. Bermain dengan teman sebaya juga sangat bermanfaat untuk mengasah kemampuan interpersonal.

Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan ini bisa mulai dilatih pada anak mulai usia enam bulan dengan cara memanggil namanya. Biarkan dia memahami bahwa itu adalah namanya, dan tunggu sampai dia memberikan respons, misalnya dengan menoleh ke arah pemanggil. Lantas, ajak si kecil menggambar untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan imajinasi. Dari gambar yang dia buat, si kecil bisa melihat harapan-harapan ataupun emosi yang saat itu sedang dominan padanya.

Kecerdasan Naturalis
Cara mengasah kecerdasan ini juga bisa dilakukan melalui cara yang menyenangkan. Bawa anak ke halaman rumah, perkenalkan dengan binatang piaraan, perkenalkan dengan tanaman dan pohonpohon. Lihat reaksinya. Seiring usia yang bertambah besar, ajak anak untuk memelihara binatang, tentu yang tidak berbahaya. Ajak juga si kecil bertanam atau merawat tanaman. (Koran SI/nsa, Family100)
Read More..

Minggu, 21 Februari 2010

Teach Your Baby to Spell


Article Source: ezinearticles.com by Krista Guerrero

Let's face it; babies have some amazing brain development happening the first five years of life. The things they learn in those early years are nothing short of fantastic. They go from doing practically nothing to crawling, walking, and running, then babbling, saying a few words, and by two years old are usually speaking full sentences. It is almost as though they learn all these things on accident. However if we understand how babies learn, we can teach them much more on purpose.

I know of many babies that can read, and I know of others that can spell. It is not hard to give your baby some simple spelling lessons. If you use alphabet toys, such as blocks, magnetic letters or foam bathtub letters, this happens naturally.

By playing with letters and telling your baby what the words you form say, you are teaching your baby to read. You can simply teach your baby to spell by pointing to each letter and naming them when you form words. If you make alphabet play a part of your routine, your baby will easily be able to spell out their name and many other words in no time.

Children that are taught to sign as babies naturally learn spelling because there are words that are finger spelled. When we spell out many words, they can be spoken like a chant, making their spelling easy to remember. My children learned to spell their names and all the names of their family members from an early age. They heard this being done repeatedly and learned to spell many words with no effort.

There are little chants to help children spell words such as Mississippi and encyclopedia. These are fun to do with children of all ages. We can encourage our children to be great spellers by just making word play a fun part of our day. You can have magnetic letters and play around with names of family members on the refrigerator. You can progress from there to rhyming words and names of objects around the house.

Teaching babies to spell in this way is simple and fun to do.
Read More..

Sabtu, 20 Februari 2010

7 Langkah Agar Bayi Sehat dan Kuat


Bagaimana agar bayi sehat dan kuat? Sementara satu tahun pertama usia bayi merupakan masa-masa rawan gangguan kesehatan karena daya tahan tubuhnya sangatlah rentan. Inilah cara-cara meningkatkan daya tahan tubuh bayi yang diambil dari tabloid-nikita.com sehingga bayi sehat dan kuat. Selamat membaca 7 langkah agar bayi sehat dan kuat.

1. Beri ASI Eksklusif

ASI mengandung berbagai zat antibodi yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Sel-sel darah putih yang terkandung dalam ASI juga dapat menghambat kemunculan dan perkembangbiakan bakteri serta virus yang bisa menyebabkan timbulnya alergi, diare, pneumonia, meningitis maupun infeksi telinga dan infeksi kandung kemih.

Di hari-hari pertama, ASI mengandung kolostrum yang sering disebut ASI premium. Cairan yang bewarna kekuningan inilah yang kandungan vitaminnya paling lengkap dan sempurna sehingga mampu memberi perlindungan yang sangat ampuh bagi tubuh bayi. ASI juga mengandung protein khusus yang disebut taurin. Protein akan mengoptimalkan pertumbuhan sel otak sekaligus meningkatkan kecerdasan bayi.

Anjuran minimal yang disepakati para ahli kesehatan dunia yakni agar para ibu setidaknya memberikan ASI selama 6 bulan (eksklusif) tanpa disertai asupan makanan lain. Untuk selanjutnya pemberian ASI tetap dapat diteruskan hingga bayi berusia 2 tahun.

Menyusui secara eksklusif juga memberi kesempatan pada ibu untuk mengembangkan bonding/kedekatan ibu-anak. Kedekatan ini terjalin karena setiap kali menyusui terjadi kontak langsung saat ibu mendekap bayinya dan membiarkan puting buah dadanya diisap si kecil. Dekapan hangat ibu akan membuat bayi merasa nyaman yang pada akhirnya menumbuhkan basic trust. Nah, basic trust inilah yang menjadi modal awal yang kelak akan membuat bayi tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan mandiri.

2. Patuhi Jadwal Imunisasi

Pemerintah mewajibkan 5 jenis imunisasi dasar yang sudah harus terpenuhi sebelum anak berusia setahun. Kelima imunisasi itu adalah BCG (Bacille, Calmette, Guerin), hepatitis B, DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus), polio, dan campak. Pertimbangannya, penyakit-penyakit tersebut memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, selain bisa menimbulkan kecacatan.

Imunisasi dasar diberikan agar anak mendapat kekebalan awal secara aktif. Mematuhi jadwal imunisasi sangat dianjurkan agar hasilnya optimal. Contohnya, mengikuti jadwal imunisasi DPT pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Pengulangan dilakukan untuk memperkuat antibodi yang sudah terbentuk.

Seperti diketahui, imunisasi akan memunculkan antibodi pada yang diberikan. Setelah mendapat imunisasi, antibodi bayi akan naik. Tapi suatu saat, antibodi itu bisa turun. Nah, saat itulah imunisasi harus diberikan lagi agar antibodinya yang turun bisa kembali naik. Jika tak dilakukan pengulangan imunisasi, maka saat daya tahan tubuh turun, kemungkinan terkena penyakit yang akan ditangkal bisa saja terjadi. Itulah sebabnya, mematuhi jadwal imunisasi menjadi sangat penting.

3. Biasakan Cuci Tangan

Bayi sangat rentan terhadap virus dan bakteri. Oleh karena itu sebelum memegangnya, jangan lupa cuci tangan dahulu. Terutama sehabis bepergian atau menyentuh sesuatu yang tidak terjamin kebersihannya. Orang lain yang hendak memegang dan menggendong si kecil pun sebaiknya diminta mencuci tangan dahulu. Gunakan sabun setiap kali mencuci tangan.

Sampai berusia 6 bulan, kekebalan tubuh bayi belum terbangun sempurna. Ia masih bergantung pada kekebalan tubuh ibunya yang dibawa sejak lahir dan dari ASI. Oleh sebab itu, penting menjaga jangan sampai bayi terkena virus dan bakteri, di antaranya yang dipaparkan dengan tangan apabila tidak terjaga kebersihannya.

Bahkan kebanyakan penyakit infeksi yang diderita bayi, seperti pilek, demam, batuk, atau diare, didapat dari tangannya sendiri selain tangan orang dewasa yang memegangnya.

4. Jangan Merokok

Anjuran ini hendaknya benar-benar dipatuhi sebab kita semua sudah tahu betapa berbahayanya asap rokok. Penelitian yang dilakukan National Health Institute di Amerika tahun 1997 mengatakan, dalam setiap kepulan asap rokok setidaknya terdapat 4.000 jenis racun yang dapat mengganggu kesehatan, bahkan membunuh pertumbuhan sel-sel baru. Jadi, merokok di depan bayi sama artinya dengan menjadi silent killer alias si pembunuh diam-diam.

Bayi yang sering terpapar asap rokok pun makin berisiko mengalami SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) atau sindrom kematian tiba-tiba, bronkitis, asma, dan infeksi telinga. Bahkan, asap rokok berdampak buruk pada intelegensi dan perkembangan saraf bayi. Yang mengejutkan, ibu menyusui yang menghirup asap rokok, baik dari rokoknya sendiri atau orang lain, di dalam ASI-nya terkan-dung nikotin yang sudah tentu akan berdampak buruk bagi bayi.

5. Jaga kebersihan Lingkungan

Diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) meru-pakan penyakit langganan yang paling sering diderita bayi. Kedua penyakit ini sering dihubungkan dengan lingkungan di sekitar bayi yang kurang higienis. Itulah mengapa, prioritaskan kebersihan lingkungan bila ada bayi. Contohnya, membersihkan rumah secara rutin, selain rajin membersihkan diri dan meminta seluruh anggota keluarga menjaga kebersihan pribadinya, serta menjaga kebersihan makanan yang akan disajikan kepada bayi bila sudah membutuhkan makanan pendamping ASI. Bayi pun sudah mulai diajarkan tentang kebersihan dengan cara teratur memandikannya dan mengganti bajunya setiap kali basah atau kotor.

6. Cukupkan Waktu Tidur Bayi

Penelitian yang dilakukan di Boston, USA (2002) mengung-kapkan bahwa tidur yang nyenyak pada bayi dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Pasalnya, selama tidur, bayi membangun sel-sel baru dalam tubuhnya yang dapat menangkal berbagai serangan mikroba dan virus. Singkatnya, tidur yang cukup (16-18 jam sehari) berhubungan erat dengan meningkatnya imunitas.

Jadi, selalu upayakan agar bayi tak rewel dan bisa nyenyak tidurnya dengan segera menyusuinya bila lapar, mengganti popoknya yang basah bila mengompol, dan menghindari suasana bising di kamar. Jika si kecil tak mengalami hambatan tidur tapi tiba-tiba jadi sulit tidur, perlu dicurigai adanya indikasi suatu penyakit. Orangtualah yang mesti pandai-pandai "membaca" isyarat dari buah hatinya.

7. Penuhi Kebutuhan Nutrisinya

Setelah masa ASI eksklusif 6 bulan berlalu, pengenalan makanan semipadat dapat dilakukan sedikit demi sedikit sampai bayi bisa beradaptasi. Saat pemberian makanan tambahan, perhatikan benar kandungan gizi masing-masing jenis bahan agar kebutuhan gizi si kecil bisa tercukupi.

Kecukupan gizi membantu meningkatkan kekebalan tubuh. Protein, contohnya, yang didapat dari susu berguna sebagai "pembangkit" daya tahan tubuh. Imunisasi yang sebagian besar terdiri atas zat protein akan optimal hasilnya bila di dalam tubuh bayi ditemukan protein. Itu sebabnya, bayi dengan gizi buruk umumnya ketika mendapat imunisasi, hasilnya tidak optimal.

Selain itu, sertakan buah-buahan dan sayuran yang banyak mengandung vitamin C dan betakaroten seperti jeruk dan wortel. Vitamin C dan betakaroten dipercaya mampu menangkal virus dan membantu perkembangan sel-sel baru.

Tingkat kepadatan makanan pendamping ASI tentu saja harus diperhatikan agar pencernaan bayi tidak "kaget". Mulailah dari yang agar encer, semi padat, dan agak padat semisal bubur susu encer, bubur kental, dan kemudian nasi tim.

Demikian 7 langkah agar bayi sehat dan kuat. Semoga artikel ini bermanfaat serta bayi Anda menjadi sehat dan kuat.
Read More..

Kamis, 18 Februari 2010

Dari Orang Tua, Budaya Membaca Bermula


Tradisi membaca yang kurang diminati tentu amat disayangkan. Apalagi kalau mengingat banyak orang sukses di negeri ini memulai kariernya dari kebiasaan membaca. Budaya membaca selayaknya tumbuh dari keluarga, dengan orang tua yang memegang peran utama.

Menumbuhan budaya membaca di Indonesia bukan perkara mudah. Hambatannya antara lain tingkat buta huruf yang tinggi. Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional, Hamid Muhammad, jumlah perempuan buta aksara sekitar 6,3 juta orang dan 70% di antaranya berusia di atas 45 tahun. Sedangkan jumlah laki-laki buta aksara sekitar 3,4 juta orang. Jika ditotal, jumlah warga buta aksara 9,7 juta atau 5,97% dari jumlah penduduk Indonesia .

Hambatan lainnya, masalah infrastruktur. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau membuat lambatnya distribusi buku bacaan. Sebenarnya hambatan ini tidak begitu significant jika arus informasi melalui internet berjalan efektif.

Menyadari beratnya rintangan dalam pembudayaan membaca, pemerintah tidak tinggal diam. Lihat saja berbagai lomba diadakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sebagai contoh, lomba minat baca, lomba menulis tentang perpustakaan, dan lain-lain. Bahkan pemerintah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi seperti UGM dan menggalakkan pemberantasan buta aksara melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Meskipun demikian tingkat keberhasilan pembudayaan membaca perlu didukung factor utama, yaitu keluarga. Budaya membaca tidak hanya sekedar duduk manis mendengarkan guru di sekolah. Para orang tua pun dapat memberikan contoh dengan meningkatkan intensitas dalam membaca buku, Koran, atau majalah kepada anak-anaknya. Cara lainnya, membuat perpustakaan kecil dalam keluarga.

Sumber : Rumah Pengetahuan Kompas
Read More..

Rabu, 17 Februari 2010

Preschool Education


Preschool Education. Preschool education is the provision of education for children before the commencement of statutory education, usually between the ages of three and five, dependent on the jurisdiction. Preschool is also known as nursery school, or kindergarten.

Preschool work is organized within a framework that professional educators create. The framework includes structural (administration, class size, teacher-child ratio, etc.), process (quality of classroom environments, teacher-child interactions, etc), and alignment (standards, curriculum, assessments) components that are associated with each individual unique child that has both social and academic outcomes. Arguably the first pre-school institution was opened in 1816 by Robert Owen in New Lanark, Scotland. The Hungarian countess Theresa Brunszvik followed in 1828. In 1837, Friedrich Fröbel opened one in Germany, coining the term "kindergarten".

Developmental Areas

The areas of development which preschool education covers varies from country to country. However the following main themes are represented in the majority of systems.

* Personal, social and emotional development
* Communication, including talking and listening
* Knowledge and understanding of the world
* Creative and aesthetic development
* Physical development
* Mathematical awareness and development
* Playing

Allowing preschool aged children to discover and explore freely within each of these areas of development is the foundation for developmental learning. While the National Association for the Education of Young Children has made tremendous strides in publicizing and promoting the idea of developmentally appropriate practice, there is still much work to be done. It is widely recognized that although many preschool educators are aware of the guidelines for developmentally appropriate practice, putting this practice to work effectively in the classroom is more challenging. The National Association for the Education of Young Children(NAEYC) published that although 80% of Kindergarten classrooms claim to be developmentally appropriate, only 20% actually are.

Age and Importance
Preschool is generally considered appropriate for children between three and five years of age, between the toddler and school stages. During this stage of development, children learn and assimilate information rapidly, and express interest and fascination in each new discovery. It is well established that the most important years of learning are begun at birth. A child's brain at this age is making connections that will last the rest of their life.[citation needed] The environment of the young child influences the development of cognitive and emotional skills due to the rapid brain growth that occurs in the early years. Studies have shown that high quality preschools have a short and long term effect in improving the outcomes of a child, especially a disadvantaged child.

However, some more recent studies dispute the accuracy of the earlier results which cited benefits to preschool education, and actually point at preschool being detrimental to a child's cognitive and social development. A study by UC Berkeley and Stanford University on 14,000 Kindergarteners revealed that while there is a temporary cognitive boost in pre-reading and math, preschool holds detrimental effects on social development and cooperation.

The Universal Preschool movement is an international effort to make access to preschool available to families in a similar way to compulsory primary education. Various jurisdictions and advocates have differing priorities for access, availability and funding sources. See kindergarten for details of pre-school education in various countries. There has been a shift from preschools that operated primarily as controlled play groups to educational settings in which children learn specific, if basic, skills. It examines several different perspectives on teaching in kindergarten, including those of the developmentally appropriate practice, the academic approach, the child-centered approach, and the Montessori approach to the curriculum. [Copas from: Preschool Education by Wikipedia]
Read More..

Selasa, 16 Februari 2010

Makanan Pendamping ASI


Apa saja makanan pendamping ASI yang direkomendasikan? Berikut ini kami postingkan artikel Makanan Pendamping ASI yang diambil dari bayisehat.com

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan tunggal terbaik yang bisa memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi normal untuk tumbuh kembang di bulan-bulan pertama kehidupannya. Itu sebabnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana PBB untuk Anak-anak (UNICEF) menetapkan pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan. Ini berarti, si kecil hanya mendapat ASI, tanpa makanan tambahan lain selama masa itu. Penelitian menunjukkan, banyak manfaat diperoleh bayi yang mendapat ASI. Tidak ada yang bisa menggantikan ASI yang memang di'desain' khusus untuk bayi. Dan jangan lupa, proses pemberian ASI akan menumbuhkan kelekatan emosi yang dalam dan kuat antara mama dan bayi.

Setelah usia 6 bulan, ASI hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan gizi bayi. Jadi, bayi mulai membutuhkan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian makanan padat pertama ini harus memperhatikan kesiapan bayi, antara lain, keterampilan motorik, keterampilan mengecap dan mengunyah, plus penerimaan terhadap rasa dan bau. Makanya, pemberian makanan padat pertama perlu dilakukan secara bertahap. Misalnya, untuk melatih indera pengecapnya, berikan bubur susu satu rasa dulu, baru kemudian dicoba yang multi rasa.

Usia 6-8 Bulan – Makanan Lumat

Saat mulai memberi si kecil makanan padat, jangan bertubi-tubi memberi aneka jenis makanan dalam waktu singkat. Beri jeda beberapa hari antara setiap jenis makanan baru, sehingga tidak terlalu memaksa anak. Anda pun punya cukup waktu untuk memantau kalau-kalau ada masalah yang timbul berkaitan dengan makanan tertentu.

Juga, biarkan bayi memutuskan berapa banyak makanan yang mau ditelannya. Untuk beberapa jenis makanan—dalam sehari—bayi Anda bisa jadi kelihatannya tidak makan terlalu banyak. Sedangkan bayi lain malah kelihatan sangat rakus. Tidak usah pusing. Ikuti saja apa maunya. Yang penting, Anda selalu memantau proses tumbuh kembangnya secara teratur.

Bagaimana memulainya?


Setelah usia 6 bulan, makanan padat pertama si kecil ini adalah makanan lumat, yakni bubur susu dan buah. Selama 2 minggu pertama, si kecil cukup diberi dua jenis makanan ini. Makanan lumat mudah dicerna dan cepat meninggalkan lambung si kecil. Pemberian makanan lumat ini dimulai dalam bentuk encer dan jumlahnya sedikit. Secara bertahap, makanan dikentalkan serta jumlahnya ditambah.

Pemberian secara bertahap ini perlu dilakukan karena sampai usia ini, jenis makanan yang paling bayi kenal adalah ASI (dan ia masih tetap membutuhkannya sampai usia 2 tahun). Jika ia mendorong keluar makanan atau menutup mulut rapat-rapat, jangan paksa. Mungkin ia belum siap untuk makan makanan padat.

Setelah bayi berhasil melalui masa 2 minggu ini dengan baik, Anda bisa memberinya makanan lunak, yakni nasi tim saring, sebanyak 1 kali dalam sehari. Nasi tim ini harus terdiri dari sumber karbohidrat, sumber protein, serta sumber zat pengatur.
Bagaimana dengan buah? Sebaiknya disajikan dengan cara disaring dan mulailah dengan buah berserat rendah. Misalnya, jeruk, pisang, pepaya, dan avokad. Secara bertahap, Anda boleh memberinya buah lain. Peralihan dari makanan lumat ke makanan lunak juga perlu dilakukan secara bertahap. Ini berarti, Anda perlu mengatur kekasaran teksturnya. Awalnya, pilih sayur berserat rendah, seperti wortel, tomat, bayam, dan sebagainya. Setelahnya, Anda bisa memberinya brokoli dan lainnya.

Makan dari sendok butuh keterampilan tersendiri. Bisa jadi, Anda harus uji coba selama beberapa kali sampai bayi betul-betul terbiasa. Di usia ini, kebanyakan pemenuhan kalori masih berasal dari ASI. Dan tujuan utama mengenalkan makanan padat pada bayi adalah mengajarinya cara makan yang benar-benar berbeda serta memperkenalkan aneka citarasa dan tekstur makanan baru. Yang terpenting, buat proses belajar mengenal makanan baru jadi pengalaman yang menyenangkan.

Pentingnya Variasi

Untuk memperkenalkan makanan pada bayi, mulailah dengan 1 jenis makanan. Tunggu paling tidak selama 4 hari sebelum mengenalkan makanan jenis lain. Adanya tenggang waktu membuat bayi makin mengenal dan bisa menerima makanan barunya. Reaksi alergi biasanya baru muncul beberapa hari setelah jenis makanan itu dikonsumsi. Jika timbul reaksi alergi jenis tertentu, Anda jadi tahu persis penyebabnya.

Sebagian pakar percaya, penting untuk mulai memperkenalkan sayuran hijau dulu, sehingga pola citarasa bayi tidak ‘termanjakan' dengan rasa manis dari buah-buahan. Sebagian pakar lagi menganggap itu hanya mitos belaka. Menurut mereka, bayi terlahir dengan menyukai yang manis-manis. Anda bisa mengombinasikan kedua pendapat ini, dan melihat mana yang paling pas buat bayi Anda.

Yang pasti, mengombinasikan berbagai jenis makanan akan membuat bayi tidak cepat bosan, memicu selera makannya plus tidak menjadikannya si pemilih makanan. Jangan sampai ia terbiasa makan makanan yang itu-itu saja. Ia bisa kekurangan gizi yang dibutuhkannya.

Jadikan Sebagai Rutinitas

Waktu makan—sarapan, makan siang dan makan malam—harus Anda terapkan secara konsisten. Ini bukannya tanpa alasan. Sistem pencernaan bayi perlu dilatih untuk belajar menerima, mencerna, serta menyerap makanan pada waktu-waktu yang ditentukan. Untuk masing-masing waktu makan itu, sajikan kelompok makanan yang ada dalam tabel 'Jadwal pemberian makanan si kecil' . Perlu dicatat, kalau kenyang si kecil akan memberi sinyal. Misalnya, menjulurkan lidah atau memalingkan kepala. Jadi, jangan takut si kecil akan makan secara berlebihan.

Mulai Memperkenalkan Biskuit

Anda sudah bisa mulai memberi biskuit bayi sebagai camilan di antara waktu makan. Koordinasi antara mata dan tangannya sudah cukup baik, sehingga ia bisa membawa tangannya ke mulut. Pada umur 7 bulan, rata-rata bayi sudah mampu makan sendiri biskuitnya. Umumnya, tekstur biskuit yang lembut membuat bayi mudah mengemutnya, bahkan akan membantu merangsang pertumbuhan giginya.

Gizi Penting untuk Usia 6-12 Bulan

Pada usia 6-12 bulan, pola makan anak harus mengikuti piramida makanan. Makin ke atas makin sedikit porsi makanan yang harus dikonsumsi anak. Berikut urutannya dari paling bawah ke paling atas:

* Sumber karbohidrat , yakni roti, jagung, nasi, cereal , dan sebagainya, dikonsumsi sebanyak 1-3 kali/hari @ 1 mangkuk kecil.
* Sumber zat pengatur , yaknis sayuran dikonsumsi sebanyak 1-2 kali/hari sekitar 25-50 g mentah. Buah dikonsumsi sebanyak 1-2 kali/hari sekitar 25-75 g.
* Sumber protein yaitu ASI dikonsumsi sebanyak 2-3 kali/hari. Protein lainnya dikonsumsi sebanyak 1-3 kali/hari. Misalnya, ayam kampung (paha bawah), telur (1/2–1 butir), daging (1/2 potong sedang/20 g), kacang-kacangan (1-2 sendok makan), tahu (1 potong/50 g), tempe (1 potong/25 g), serta ikan (1 potong sedang/20 g).
* Bila perlu, berikan sumber lemak berupa minyak sebanyak 1/2 sendok teh.

Penting: ASI adalah sumber utama untuk karbohidrat, lemak dan protein.

Demikian Makanan Pendamping ASI bagi bayi kita. Semoga bermanfaat dan ibu secara tepat dapat memberikan Makanan Pendamping ASI bagi bayi tercintanya.
Read More..

Senin, 15 Februari 2010

Perkembangan Bayi 0-4 Bulan


Bagaimana perkembangan bayi usia 0 sampai 4 bulan? Artikel ini penting dibaca terutama oleh pasangan muda yang baru mendapatkan anugerah bayi pertama. Juga bagi ibu yang tengah hamil pertama. Mungkin ada kekhawatiran apakah bayi yang lahir nanti sehat atau tidak? Juga agar ibu dan ayah tidak panik dan khawatir pada perkembangan bayi yang sebenarnya normal. Artikel perkembangan bayi 0-4 bulan ini diambilkan dari tipsbayi.com. Selamat membaca.

Bulan ke-1

Jangan panik kalau bagian punggung atau pantat si kecil ada kulit yang biru seperti lebam, atau keabu-abuan. Bercak ini biasanya hilang setelah usianya melewati 1 tahun.

Jangan panik juga jika bentuk kepala bayi Anda kurang simetris, karena ia baru saja melewati jalan yang sempit, yaitu pinggul sang ibu. Matanya mungkin akan tampak sedikit membengkak, hidungnya masih sangat pesek dan kupingnya terlihat agak aneh. Dia akan terus “memperbaiki” penampilannya kok…

Bahkan pada sebagian bayi, Anda bisa melihat bagian lunak di bagian atas kepalanya berdenyut. Ini masih termasuk normal.

Pada beberapa hari pertama, mata si kecil biasanya akan terus menutup. Setelah itu matanya akan mampu terus terbuka untuk waktu yang lebih lama. Ia akan bisa melihat wajah Anda pada jarak sekitar 20 cm.

Pada tahap ini bayi bisa menggerakkan dan memutar kepalanya untuk mencari susu ibunya, bisa meregangkan tangannya, serta mengenggam jari Anda dengan kepalan tangannya.

Bulan ke-2

Pada tahap ini gerakan tubuhnya akan semakin membaik. Ia bisa menggapai benda-benda yang menarik perhatiannya, bisa memegang benda kecil dengan gengamannya walapaun hanya sebentar, bahkan ia sudah bisa menepuk-nepuk benda yang disenanginya.

Cobalah tersenyum kepadanya… jangan kaget kalau ia tersenyum balik kepada Anda. Coba pula membuat berbagai bunyi di dekatnya tanpa membuatnya terkejut. Sebagian bayi akan mendengarkan bunyi tersebut dengan seksama, sementara sebagian lainnya mungkin malah akan menangis.

Pada akhir tahap ini, sebagian bayi sudah mulai bisa mengangkat kepalanya dan mencoba melihat ke sekeliling ruangan.

Jika bayi Anda senang, maka ia akan membuat berbagai respon, seperti memandang wajah Anda, mencoba meraih Anda dengan tangannya, tersenyum dan mengoceh.

Sebaliknya, jika ia sedang kesal, maka respon yang dibuatnya antara lain memalingkan wajahnya dari Anda, menangis, meronta, serta bernafas dengan cepat.

Si kecil juga sudah mulai suka bereksplorasi menggunakan mulutnya dengan menghisap apa saja yang bisa dan nyaman untuk dihisap. Ia mulai banyak bereksperimen dengan suaranya, serta jarak pandangnya pun bertambah hingga beberapa meter ke depan.

Bulan ke-3

Si kecil sudah semakin kuat mengangkat kepalanya jika Anda baringkan ia dalam posisi tengkurap. Bahkan tidak jarang yang sudah bisa mengangkat badannya sedikit pada posisi ini.

Ia pun semakin mahir menggunakan tangannya. Ia akan senang menyentuh, memegang, serta memukul-mukul dengan kedua tangannya. Ia juga akan sangat menyukai melihat bayangannya sendiri di cermin.

Pada tahap ini, bayi akan mulai mengenali wajah orang dekatnya dan berbagai benda yang akrab dengannya.

Bulan ke-4

Bayi Anda akan mengamati berbagai ekspresi wajah Anda dan menirunya. Sebagian bayi ada yang sudah bisa berguling ke posisi tengkurap sendiri pada tahap ini. Namun akan lebih mudah baginya untuk berguling dari posisi tengkurap ke posisi terlentang.

Sebagian bayi ada yang sudah mulai muncul giginya pada tahap ini, walaupun ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan.

Demikianlah garis besar perkembangan bayi Anda sejak usia 0-4 bulan. Yang perlu Anda ingat adalah bahwa setiap bayi memiliki tahapan perkembangan yang unik. Jika bayi Anda agak lamban perkembangannya, jangan langsung panik… kebanyakan masih berada dalam batasan kewajaran.

Demikian perkembangan bayi usia 0 sampai 4 bulan. Semoga bermanfaat bagi pembaca, khususnya pasangan muda yang sedang menanti kehadiran buah hatinya.
Read More..

Kamis, 11 Februari 2010

How to Teach a Baby to Walk


All babies develop differently, but according to parenting.com, most of them start walking somewhere between 9 and 18 months old. They start by trying to pull themselves up to a standing position. They eventually start to toddle a few steps before falling back down. As parents, it's natural to want to encourage your baby to walk. Listed below are a few simple steps you can do to encourage your baby to take her first steps.

Instructions
1. Provide a soft, but sturdy object for your baby to practice pulling up on. An ottoman usually works well. Place her at the base and stand her up for a few seconds. This will let her know that it's alright to stand up at it.

2. Place new toys in slightly high places. This is a true motivator for a curious baby. They will stand and toddle over to the toy without much help. It could take a few tries, but your little one will get it.

3. Place your baby in a bouncer. He can exercise his legs bouncing up and down, which will make him stronger and ready for walking.

4. Hold your baby's hands and practice walking with him. Not much takes the place of having a role model.

Tips & Warnings
Make sure the area around the ottoman, or whatever object you use, is clear. Check all baby toys for safety recalls. Keep areas free of dangerous objects. (By Jennifer Elrod, ehow.com)
Read More..

Rabu, 10 Februari 2010

10 Ways to Teach Baby to Eat Healthy


It is never too early to learn how to eat well! Teach your baby the importance of good food and ensure that your little one establishes healthy eating habits that will last her a lifetime.

The rapid rise in childhood obesity is a growing health concern in the United States. These conditions have risen to epidemic levels among all ages, including young children. One of the primary causes of overweight problems in children is poor eating habits. Interestingly, babies begin acquiring eating habits from their first bites of food. A Baylor College study even suggests that by age three, most of a child's eating preferences are established. The message here is clear—if you want your child to have healthy eating habits, it is important to focus on them early.

Developing eating habits and food preferences is a learned process, like sleeping through the night, toilet training, and other developmental skills. Ensuring your child has the ability to make healthy food choices is critical. For your child to learn, active adult involvement—parents' and caregivers' time and energy—is required.

For babies, developing healthy eating habits doesn't mean dieting, of course. Unless your baby's diet is under the supervision of a healthcare provider, it is not necessary to count calories or choose low-fat or nonfat foods. A healthy diet for babies is simply a matter of providing a good variety of healthy foods and limiting the consumption of most processed foods. Along with introducing your baby to a wholesome diet, here are some tips and activities that will support developing healthful eating habits.

1. Be a good role model.
Babies learn through mimicking you and others around them. If you talk negatively about fruits and vegetables or don't eat them much, your baby will have a tough time accepting them. Remember, your baby will respond to what you like.

2. Take your baby to the store or a local farm stand.
Begin introducing your baby to fruits and vegetables. Teach him the names of different types of produce. Talk to him about the wonderful colors, great smells, and varied textures.

3. Talk positively about produce.
Let your baby know what he is eating when you are feeding him, what vitamins and minerals he is getting, and how important nutrients are for growing bigger and stronger.

4. Encourage drinking water.
Water aids in digestion, regulates body temperature, delivers nutrients to cells, and carries away waste. As your baby is introduced to solid food, the need for water grows. If your baby is older than six months, you can safely offer her water. A good portion is two to four ounces at each meal. Get in the habit of offering water over juice (or dramatically cutting juice with two-thirds to three-fourths parts water).

5. Don't give up. A baby's tastes change daily.
Just because your baby spit out peas one day doesn't mean he hates them. Unless he has demonstrated an allergic reaction, try the food again in a couple of days—you may be pleasantly surprised.

6. Offer variety to ensure a balanced diet.
All foods contain different vitamins, minerals, and nutrients. Eating a variety of healthy foods will naturally lead to a balanced diet. When your baby first starts eating, quantity is not as important as variety.

7. Don't be in a rush.
Many babies are slow eaters, and this is a good habit to encourage. Many of us don't plan enough time to eat meals and often find ourselves shoveling food in—this is one of the worst eating habits that you can teach your baby. Instead, plan plenty of time for meals so you and your baby can relax and enjoy the experience.

8. Have a feeding schedule.
Babies have small tummies and fluctuating appetites, so four to six mini meals a day are recommended by many healthcare professionals, including well-known baby experts Dr. William Sears, MD, and Martha Sears, RN. Opt for frequent smaller meals over the traditional three large meals. Establishing set times for these meals will help your baby learn a routine.

9. Never force babies to clean their plates.
Your baby will eat when she is hungry, and she will eat the types of food her body needs most. During meals, allow her to eat as much or little as she wants.

10. Make mealtimes a family event.
Whenever it is practical, the whole family should eat together. This will encourage your baby to interact with others at mealtime and to begin experiencing a sense of social interaction. (Copas from: babyzone.com)
Read More..

Selasa, 09 Februari 2010

Teaching Babies to Read


Reading is a complex skill which builds upon a number of other skills. For example, reading is in part a visual skill, in that it involves the ability to discriminate letters and words. But it also involves the muscular control that allows the child to explore a page from left to right and from top to bottom. It is also an auditory skill that requires the child to discriminate the basic sounds of his or her native language and eventually to begin to associate these sounds with the printed word. Last but not least, reading is a cognitive skill because it requires understanding and interpretation.

The research on reading is quite abundant and quite consistent in showing that this skill most effectively taught only after the child has attained ability to learn and to follow rules, usually the age range of five to seven. This is true because it takes years for children to acquire the many pre-reading skills required to profit from formal reading instruction. The cross-cultural research is quite dramatic in this regard. In Scandinavian countries and in Russia, reading is usually not taught until the age of six or seven. Children in these countries exhibit few reading problems. In France, with state supported preschools, reading is taught at age three and 30 percent of French children have reading problems. A recent comprehensive book on reading relates it to brain development as well as experience, but comes to the same conclusions. (Wolf 2007)

Despite the research, there are those who insist that parents can teach their infants to read, if they will only buy the magical system they have to offer. One of the first to make this kind of offer was Glen Doman (Doman 1967) with his "How to Teach Your Baby to Read". He argued that because the brain is growing rapidly during the first years this is the time to teach reading and math. (This claim always puzzles me. As a gardener one of the first rules I learned was never to prune during the growing season). Although Doman, and now his daughter (Doman 2007) have been selling the program for more than forty years, they have no follow up studies to demonstrate its effectiveness. Others (e.g., “Monki See, Monki Doo”) (Author 2007) have gotten on the same bandwagon and make the same bogus claims, e.g., “ A one year old learns better than a two year old.” Those who sell these materials offer no research or other evidence in support of their arguments. The purveyors of infant learning to read products build on parent anxieties to sell a product that is likely to do more harm than good.

The best preparation for learning to read is a language rich environment. This environment is created when you sing, talk and read to your child beginning in infancy. (Copas from: http://www.justaskbaby.com/blogs/professor-elkind/teaching-babies-to-read)
Read More..

Minggu, 07 Februari 2010

Makan dong, Sayang!


Faktanya, kebanyakan batita bersedia mencoba jenis makanan baru setelah diperkenalkan sekitar 10-15 kali. Anda pun tidak mesti memperkenalkan banyak makanan sekaligus.

Usaha keras Anda menyajikan makanan kaya gizi tiba-tiba seperti lenyap ketika anak batita Anda dengan entengnya menolak makanan yang telah Anda siapkan dengan penuh cinta. Kesal? Tenang, jangan dimasukkan ke hati. Memilih-milih makanan sebetulnya bagian dari perkembangan batita.

Sebagian anak batita mau memakan apa saja. Sebaliknya, cukup banyak pula anak batita yang memilih-milih makanan tanpa alasan yang jelas. Mereka melahap sayur bayam yang Anda hidangkan dengan penuh semangat namun tiga hari kemudian, mereka menolak memakannya. Anda tidak perlu bingung dengan perubahan sikap itu. Seiring dengan pertumbuhannya, batita mulai ingin menunjukkan identitas diri. Mereka ingin menunjukkan kekuasaan menentukan apa yang mereka inginkan, termasuk dalam soal makanan.

Usia dini adalah suatu periode pertumbuhan yang tidak berlangsung secepat satu tahun pertama kehidupan anak. Melewati usia 1 tahun, pertambahan berat badan batita pun menjadi lebih lambat. Selain itu, ukuran perut batita sebenarnya tidak melebihi satu kepal tangan mereka sendiri. Dengan demikian, berbeda dengan orang dewasa, mereka belum membutuhkan banyak kalori.

Menurut ahli gizi keluarga, Dr.Cindiawaty Pudjiadi MARS, MS, SpGK, jka seorang ibu, secara tidak sadar mengarahkan anak untuk memakan jenis makanan tertentu saja, maka si anak mungkin akan menjadi pemilih dalam soal makanan. “Ini bisa terjadi jika orang tua membatasi jenis makanan dan kurang memperkenalkan variasi makanan. Jadi, anak tidak terbiasa mengonsumsi makanan selain yang sering dia makan,” katanya.

Jika si kecil terlihat tidak menyukai sayuran yang Anda hidangkan, ada baiknya Anda introspeksi terhadap pola makan Anda sendiri selama ini. Apakah Anda seorang yang gemar menyantap sayuran atau malah sebaliknya. “Kalau ibunya tidak suka sayur, dia tidak akan memperkenalkan sayur ke anak. Otomatis anak akan mengikuti pola makan ibunya,” Cindiawaty menjelaskan.

Memang dibutuhkan kesabaran ekstra jika Anda ingin si kecil tidak rewel dalam soal makanan. Bukan hanya sabar dalam menghadapi penolakan anak terhadap makanan yang telah Anda olah dengan susah payah, Anda juga harus sabar dalam memperkenalkan makanan yang bervariasi. Faktanya, kebanyakan batita bersedia mencoba jenis makanan baru setelah diperkenalkan sekitar 10-15 kali. Selain itu, Anda pun tidak mesti memperkenalkan banyak makanan sekaligus. Harus satu persatu.

Berpikir kreatif
Anak-anak belum mengetahui manfaat nutrisi dalam makanan terhadap pertumbuhan mereka. Mereka lebih tertarik dengan rasa dan penampilannya. Jadi, percuma saja Anda menyajikan makanan sarat gizi jika penampilannya tidak menarik. Bayangkan, nasi dan daun bayam diblender. Coba hidangkan bubur berwarna hijau tua itu kepada si kecil sambil mengatakan betapa banyak gizi yang ada di bubur itu. Kemungkinan besar anak tidak akan tertarik. Jika Anda sendiri kehilangan minat untuk makan saat melihat hasil kreasi sendiri, apalagi anak. “Bisa jadi acara makan yang seharusnya menyenangkan malah menjadi pengalaman traumatik karena anak harus menyantap makanan yang tampilannya tidak menarik,” kata Cindiawaty, yang berpraktik di Rumah Sakit Medistra, Jakarta.

Anda tidak perlu menjadi seorang ahli memasak atau ahli menghias makanan demi menarik perhatian si kecil. Yang Anda butuhkan hanyalah beberapa langkah sederhana serta sedikit kreativitas. Berikut adalah beberapa taktik yang dapat Anda lakukan.

Sayuran artistik.
Anda bisa mencoba untuk membuat wajah dari sayuran, misalnya dua iris tomat untuk mata, wortel yang dipotong tipis memanjang untuk hidung, sepotong buncis untuk bibir yang sedang tersenyum, dan potongan daun brokoli untuk rambut.

Smoothie. Saat ingin mengenalkan buah-buahan kepada si kecil, Anda tidak perlu selalu berpaku pada bentuk buah yang padat. Anda bisa membuat smoothie, misalnya dengan memblender susu dan stroberi.

Potongan yang menarik. Percantik tampilan buah-buahan dengan menggunakan cetakan kue aneka bentuk daripada hanya memotongnya menjadi bentuk balok persegi empat dengan menggunakan pisau. Sangat mungkin anak akan tertarik menyantap buah karena melihat pepaya berbentuk bintang atau melon berbentuk hati tertata manis di atas piring.

Bermain warna. Gunakan piring ceper untuk menyajikan apel, pisang, brokoli, wortel, buncis dan keju yang Anda potong dalam beragam bentuk. Jangan lupa untuk menamai potongan-potongan makanan tersebut sebelum meminta si kecil untuk memilih potongan yang akan disantap. Misalnya, “apel bulan” untuk menyebut apel yang dipotong bulat tipis, “pedang keju” untuk menyebut keju yang dipotong memanjang, “pohon brokoli” untuk menyebut potongan daun brokoli, dan lain sebagainya. Kemudian katakan, “Ayo, Ade mau makan yang mana? Apel bulan, pedang keju, atau pohon brokoli?”

Bersandiwara. Tidak sekadar menyajikan makanan dengan bentuk yang menarik perhatian, ada kalanya Anda juga perlu menyelipkan permainan kecil sehingga anak tidak merasa dipaksa untuk makan. Anda bisa berkata, “Ade, ini ada pesawat mau mendarat. Ayo buka mulutnya.” Cara inilah yang digunakan Lusi, 30 tahun, saat menyuapi Dicky, putranya yang berusia tiga tahun. “Saat menyuapi Dicky, saya sering menyebutkan nama tokoh-tokoh kartun kesayangannya, misalnya dari kartun Tom&Jerry, ‘Jerry sedang dikejar-kejar Tom. Ayo Dicky cepat buka mulutnya agar Jerry selamat.’ Dengan cara ini, anak saya bersemangat makan,” tutur ibu yang tinggal di Kebayoran Baru, Jakarta itu. (sumber: http://parentsindonesia.com/content/view/25/28/)
Read More..

Senin, 01 Februari 2010

Ajaibnya Kelakuan si Kecil


Pernahkah mengalami, batita Anda lolos begitu saja dari balutan handuk, kemudian berlarian telanjang setelah dimandikan? Tembok kamar tidur jadi lebih ‘artistik’ karena si kecil memutuskan membuat masterpiece-nya di sana? Melihatnya begitu terpesona pada kardus mainan (sehingga ia merangkak ke dalamnya), sementara isinya dibiarkan teronggok begitu saja? Atau, Anda tak habis pikir mengapa anak keranjingan film tertentu, padahal Anda sudah hafal betul semua adegan demi adegan? Kebiasaan anak terkadang bisa sangat mengherankan. Pasti Anda juga penasaran, ada apa sebenarnya di balik aksi-aksi ‘ajaib’ si kecil itu.

Ada penjelasan untuk tiap sepak terjang batita Anda. Soal hobi mengulang-ulang hal yang sama, misalnya, K.Mark Sossin, Ph.D., profesor psikologi di Pace University di New York menjelaskan, “Bagi batita, semua hal di hidupnya adalah petualangan yang penuh misteri, sehingga mereka membutuhkan hal-hal yang akrab dan membuat mereka nyaman.”

Ah, lucu juga ya. Ternyata dunia ini masih amat penuh rahasia baginya. Dan sumber rasa aman si kecil bisa saja terletak pada perjumpaannya dengan tokoh kartun favorit setiap hari, sensasi ‘perlindungan’ yang ia rasakan di dalam naungan kotak kardus, atau yang paling sederhana, ritual sebelum tidur yang ia jalani bersama mama. Menyentuh, meski terkadang juga membuat gemas, terutama saat kita menghadapi kebiasaan yang cukup menguji kesabaran, seperti corat-coret tembok atau melonjak-lonjak di atas kasur.

Sumber: http://www.parenting.co.id/issue/default.asp?id=292
Read More..

Game Online, Play Station, dan Anak-anak Kita


Hari itu masih pagi, sekitar jam delapan. Saya diundang adik-adik untuk memberikan training blog di sebuah warnet yang memiliki ruang tersendiri untuk training. Sambil menunggu peserta saya mengamati pengunjung warnet itu. Kebanyakan adalah wajah-wajah yang masih polos; anak-anak SD. Hampir semuanya main game online.

Ketika saya tanya kepada pemilik warnet, apakah mereka sering main game online? "Ya, mereka sering ke sini. Berjam-jam main game online. Bahkan ada yang sampai sore." Masya Allah, sampai separah itukah?

Fenomena lain yang sampai saat ini masih menjamur adalah rental-rental Play Station yang selalu ramai. Kalau kita jalan-jalan keliling kota, atau saat dalam perjalanan pulang dari tempat kerja, kita akan akan melihat betapa rental-rental Play Station itu tidak pernah sepi oleh anak-anak dan remaja yang gandrung PS-an. Mereka begitu asyik dan menikmati PS sampai lupa akan waktu.

Game online dan Play Station menjadi tantangan sendiri bagi kita para orangtua. Apalagi bagi kita yang sibuk dan "kurang perhatian" pada anak-anak kita. Kita hanya tahu bahwa kita telah menyekolahkan mereka, menyediakan makanan yang cukup bagi mereka, dan memberikan uang saku setiap hari kepada mereka. Kita tidak tahu jika ternyata uang saku itu digunakan untuk bermain game online atau play station. Pulang sekolah mereka mampir ke warnet atau rental PS. Yang lebih parah, ada yang sampai bolos sekolah demi game-game itu.

Game Online dan Play Station Berbahaya bagi Anak-anak Kita
Ayah... Bunda... sadarilah betapa bahayanya game online dan play station bagi anak-anak kita. Tanpa menyadari bahayanya, mungkin ayah dan bunda masih menganggap ini biasa dan acuh tak acuh pada anak-anak kita.

Diantara bahaya itu adalah mengesampingkan ibadah. Shalat, misalnya. Pada anak yang diceriatakan pemilik warnet di atas, shalat Zhuhur dilewati begitu saja karena sore ia baru pulang dari warnet. Anehnya, kadang orang tua justru senang melihat anaknya "tidak merepotkan" dan "tidak membuat gaduh" di rumah seperti itu. Tahu-tahu ia pulang langsung masuk kamar dan tertidur.

Bahaya yang lain adalah melalaikan anak dari belajar. Padahal, belajar merupakan bekalnya menuju masa depan yang lebih baik. Seringkali tugas sekolahnya menjadi berantakan karena sudah kalah dengan game online dan play station. Jika, anak sudah berani bolos sekolah demi dua hal itu, bahaya yang lebih besar mengancam masa depannya.

Dampak psikologi juga tidak kalah berbahayanya bagi mereka. Umumnya game online yang diakses atau play station yang digemari anak-anak mengandung unsur kekerasan. Akumulasi dari interaksi dengan game berunsur kekerasan itu akan mempengaruhi kepribadian mereka dan membentuk mereka menjadi suka marah dan temperamental.

Bahaya berikutnya adalah masalah kesehatan. Depkominfo melalui Direktur Pemberdayaan Telematika Departemen Komunikasi dan Informatika pernah menyampaikan bahwa tidak sedikit pecandu games online yang sakit-sakitan bahkan hingga membawa korbannya kepada kematian akibat tidak mengenal waktu dalam mengakses permainan itu.

Apa yang Perlu Dilakukan Orang Tua?
Anak-anak kita adalah amanah Ilahi. Mereka juga buah hati sekaligus generasi penerus kita. Mereka pula lah penentu masa depan masyarakat dan negeri kita. Saat kita membiarkan mereka kecanduan game online dan play station, sama artinya kita membiarkan masa depan negeri ini menuju kehancurannya, dan harapan umat ini sirna.

Hal-hal yang perlu kita lakukan diantaranya adalah memberikan perhatian kepada mereka. Sesibuk apapun aktifitas dan pekerjaan kita, kita perlu meluangkan waktu untuk berbicara kepada mereka, menemani mereka dan bercanda dengan mereka. Perhatian itu juga kita ungkapkan saat ada momen-momen istimewa. Saat ia menerima rapot, saat ia mendapat nilai bagus waktu ualangan, dan sebagainya. Memberikan hadiah di saat-saat seperti itu adalah pilihan yang tepat.

Kita juga perlu memahami anak kita. Jika ia terlihat murung, mungkin ada masalah dengan temannya. Atau kesulitan di sekolah. Kita perlu menempatkan diri sebagai sahabat yang baik, tempat mereka curhat dan kemudian kita membimbing mereka serta membantu memberikan solusi.

Dekatnya hubungan kita dengan anak-anak akan membuat komunikasi kita berjalan lancar dan nasihat-nasihat kita didengar mereka. Kita bisa memahamkan mereka betapa bahayanya game online dan play station, terutama bagi yang kecanduan.

Orang tua juga perlu berkomunikasi secara periodik dengan guru untuk mengetahui perkembangan anaknya di sekolah. Dalam hal ini tidak cukup hanya mengandalkan buku penghubung. Guru yang paling tahu kondisi anak kita di sekolah pasti akan dengan senang hati menyampaikan perkembangan anak kita jika kita silaturahim langsung kepada beliau. Dan sebenarnya ini juga bisa kita lakukan saat kita menjemput anak kita, jika waktu kita sangat terbatas. Wallaahu a'lam.

Sumber: http://muchlisin.blogspot.com/2010/02/game-online-play-station-dan-anak-anak.html
Read More..